Tuesday, January 01, 2008

catatan di penghujung 2007

Di penghujung tahun 2007, bencana alam kembali melanda tanah air Indonesia di banyak daerah, dengan berbagai bentuknya seperti banjir, puting beliung, dan juga tanah longsor. Rangkaian bencana yang terjadi di akhir tahun 2007, seolah melengkapi berbagai bencana yang terjadi selama beberapa tahun terakhir. Kita tentu masih ingat ketika terjadi bencana tsunami di Aceh dan Sumatera Utara 3 tahun lalu, disusul dengan gempa bumi di Jawa Barat, Jawa Tengah dan Yogyakarta. Selain itu juga musibah lumpur lapindo Sidoarjo, dan letusan gunung di berbagai daerah seperti di Kediri dan Blitar Jawa Timur, serta beberapa daerah lain di Indonesia. Musibah gempa, tanah longsor, dan banjir bandang beberapa waktu lalu, yang melanda Mandailing Natal, Sumatera Utara dan Aceh melengkapi penderitaan negeri ini.

Kini banjir bandang dan tanah longsor telah dan kembali sedang melanda saudara-saudara kita di berbagai daerah. Sebut saja di Sebagian Jawa Tengan dan Jawa Timur, seperti banjir di Pekalongan, Grobogan, Sukoharjo, Solo, Ngawi, dan Bojonegoro, serta tanah longsor di Karanganyar. Musibah seolah datang beruntun. Musibah tersebut tentu membawa korban yang tidak sedikit, baik korban nyawa maupun materi. Banyak warga masyarakat yang kehilangan rumah, harta benda, mata pencaharian, bahkan mungkin juga sanak keluarga yang menjadi korban bencana tersebut.

Di DIY sendiri, hujan yang turun sekitar hari selasa hingga jumat pekan lalu, menyebabkan sejumlah perbukitan di wilayah Sleman, Bantul, dan Gunung Kidul mengalami lonsor dan banjir di beberapa tempat. Hal tersebut mengakibatkan enam rumah rusak terkena longsor, serta 425 hektar lahan pertanian, dan 82 rumah terendam air.

Atas terjadinya berbagai bencana tersebut, beberapa LSM mendesak pemerintah lebih serius menangani rentetan bencana yang terjadi akhir-akhir ini. Pemerintah dianggap masih belum berhasil dalam mengelola bencana. Dari catatan Walhi, sejak Januari hingga pertengahan Juli 2006 tercatat 60 kali bencana alam. Dan ternyata pemerintah sangat tidak serius mengelola bencana meskipun dalam kenyataannya, Indonesia merupakan negara dengan tingkat kerawanan bencana hingga 83 persen. Walhi juga melihat DPR tidak berinisiatif untuk segera mempercepat pembahasan RUU Penanggulangan Bencana. Selain itu, pemerintah juga harus memberikan informasi kepada masyarakat dengan memetakan kawasan rawan bencana, dan berbagai potensi ancaman bencana yang akan terjadi.

Berbagai bencana yang terjadi tentu tidak semata-mata sebagai fenomena alam. Ancaman terjadinya berbagai bencana alam, harus kita sadari juga diakibatkan pula oleh ulah manusia. Penebangan vegetasi yang berlebihan dan alih fungsi lahan, telah menyebabkan vegetasi semakin berkurang untuk dapat menjaga struktur tanah. Selain itu, kurangnya kesadaran masyarakat dalam menjaga lingkungan, juga memiliki peran yang tidak kecil terhadap terjadinya berbagai bencana alam.

Mengingat Indonesia merupakan kawasan langganan bencana alam, tentu sudah waktunya pemerintah pusat dan daerah, memprioritaskan upaya antisipasi bencana, sehingga tidak perlu lagi jatuh korban jiwa dan kerusakan material yang besar. Sebenarnya bencana alam seperti banjir dan tanah longsor, merupakan bencana yang secara periodik hampir selalu dihadapi sebaian daerah di Indonesia. Dengan demikian, semestinya bencana tersebut dapat diantisipasi kedatangannya, atau bahkan dilakukan pencegahan dengan perbaikan lingkungan. Namun, kenyataannya hingga kini, bencana tersebut masih juga terjadi, dengan membawa korban yang juga tidak sedikit pula.

Apakah memang begitu sulitnya untuk mengantisipasi dan mencegah terjadinya bencana alam, sehingga bencana tersebut terus saja terjadi?
Tentu saja ada yang berkata bahwa bencana alam sulit untuk dicegah, bahkan diprediksi pun sulit. Tentu tidak keliru jika ada pendapat demikian, karena terhadap bencana tertentu -seperti puting beliung misalnya, dan gempa bumi- memang manusia belum mampu melihat gejala-gejalanya dengan teknologi. Namun ada pula bencana-bencana yang sudah terpola, seperti banjir dan tanah longsor, yang tentu saja akan dapat diantisipasi dengan menjaga keseimbangan lingkungan. Jadi akankah rusaknya keseimbangan lingkungan dibiarkan.. Dan akankan manusia membiarkan terus terjadinya bencana alam, tanpa upaya untuk mencegahnya
(paling tidak mencegah jatuhnya banyak korban).. Jika itu bisa dilakukan dengan kepedulian terhadap lingkungan alam.. akankah kita diam saja..

SUMBER: diolah dari berbagai sumber