Konon Pernah Jadi Pusat PKL Buku Terbesar se-Asia TenggaraBERKUNJUNG ke Yogyakarta tidak lengkap rasanya jika tidak mampir ke Kios Buku Taman Pintar, atau yang lebih dikenal dengan nama Shopping Center. Memasuki Jalan Sriwedari -pararel di sebelah timur Jalan Malioboro- deretan kios-kios yang memajang beragam buku akan langsung terlihat.
Buku yang dijual bermacam-macam, dari buku baru hingga buku bekas. Tiap kios memiliki spesifikasinya masing-masing, dari buku-buku umum, religi, buku pelajaran, hingga novel dan komik. Tak hanya itu, di Shopping center juga tersedia berbagai kebutuhan untuk mahasiswa, dari kliping artikel dan makalah-makalah bekas untuk referensi mengerjakan tugas, hingga buku-buku penunjang kuliah.
Ada 124 kios yang tertata rapi di dua lantai. Para pedagangnya tergabung dalam Koperasi Pedagang Buku (Kopaku Taman Pintar), yang dibentuk sekitar tahun 1988. Jika dibanding harga di toko-toko buku, harga buku di shopping center relatif lebih murah. Untuk buku-buku baru rata-rata diambil langsung dari penerbit, dengan pengambilan keuntungan yang kecil. “Harga di sini jelas lebih rendah. Dari keuntungan yang diambil kan kecil 2,5 – 5 %. Tapi di sini merekrut pelanggan sebanyak-banyaknya. Sehingga walau keuntungan sedikit tapi omzet penjualan lebih banyak dibanding di toko buku,” ungkap Harjono, sekretaris Kopaku Taman Pintar yang juga berjualan buku sejak 1989 tersebut.
Hampir setiap hari shopping center selalu ramai dikunjungi calon-calon pembeli, terlebih lagi pada akhir pekan yaitu Jumat hingga Minggu. Bahkan tidak sedikit pula pembeli yang datang dari luar kota Yogyakarta. Bagi sebagian orang, Shopping Center bisa dijadikan sebagai alternatif pilihan ketika di toko-toko buku tidak bisa menemukan buku yang dicari. “Ada buku yang tidak ada di toko, ternyata bisa ditemukan di sini,” ungkap Muhammad Shokheh, mahasiswa Pasca Sarjana UGM asal Magelang.
Bahkan Shokheh mengaku sering pula mendapat buku menarik yang sebenarnya tidak dicari. ”Setelah melihat-lihat dan tertarik dengan suatu buku, selagi ada dana langsung saya beli,” kata Shokheh di sela perburuannya terhadap salah satu buku Syekh Nawawi al-Banteni (tokoh intelektual muslim).
Lain lagi dengan Endang Warti, mahasiswa salah satu perguruan tinggi swasta di Yogyakarta ini lebih sering mencari kliping artikel untuk bahan tugas kuliah. “Kalau ada tugas pasti ke sini, hampir tiap 2 atau 3 minggu sekali,” ungkap mahasiswi semester dua tersebut. Selain mencari artikel, Endang mengaku sering juga mencari buku-buku yang berkaitan dengan kuliah. Mengenai harga, “Di sini biasanya lebih miring,” kata gadis asal Magelang tersebut. Bagi mahasiswa, shopping center juga merupakan tempat alternatif untuk mendapatkan buku bekas yang tentu saja harganya jauh lebih murah dibanding buku baru.
Menurut Harjono, shopping center memang lebih lengkap dibanding pasar buku yang ada di kota-kota lain. Bahkan konon, tahun 80an Mahathir Muhammad (mantan PM Malaysia) pernah berkunjung ke shopping center pada waktu masih di lokasi lama, tentu saja kunjungan tidak resmi. Pasalnya, gaung shopping center waktu itu sebagai pusat pedagang kaki lima khusus buku terbesar di Asia Tenggara.
Tak hanya buku-buku bekas untuk perguruan tinggi yang ada di shopping center. Jika beruntung, para kolektor bisa juga mendapatkan buku-buku kuno dan langka di shopping center. “Paling banyak yang dicari buku kuno, seperti babad-babad dari pujangga-pujangga. Biasanya untuk perpustakaan,” ungkap Bu Abbas yang lebih mengkhususkan menjual buku-buku lama.
Mengenai harga buku lama, tergantung ketebalan dan kelangkaannya. “Semakin langka semakin mahal,” ungkap ibu lima orang anak yang pernah menjual buku kuno seharga Rp 2,5 - 3 juta untuk satu buku tersebut. “Itu buku kuno berhuruf Jawa. Kalau sudah laku sulit untuk mendapatkan lagi,” papar wanita yang merintis usaha jualan buku pada tahun 1965 bersama suaminya tersebut. -cahpesisiran-