Thursday, July 18, 2013

Pasar Tiban Ramadan Kampung Kauman (2013)

 Lebih Dari 30 Tahun Tetap Eksis

BILA dibanding pasar ramadan Kampung Kauman di Kota Yogyakarta, Pasar Tiban Ramadan Kampung Kauman di Kecamatan Nanggulan, Kulonprogo, mungkin masih kalah tenar. Namun pasar sore Ramadan ini juga sudah eksis sejak lebih dari 30 tahun lalu dan bertahan hingga kini.

Pasar yang hanya ada setiap sore di bulan Ramadan ini berada di sisi salah satu simpang empat Jalan Nanggulan-Wates di Dusun Kauman, Desa Jatisrono, Kecamatan Nanggulan, Kulonprogo, Yogyakarta. Letaknya hanya beberapa meter saja di sebelah barat Kantor Kecamatan Nanggulan.

Suasana selalu ramai setiap sore. Puluhan bahkan ratusan orang silihberganti datang dan pergi sejak pukul 15.30 sampai menjelang waktu berbuka puasa. Beragam menu berbuka pun tersedia, dijajakan oleh puluhan warga yang berderet di tepi jalan menuju Masjid Jami’ Kauman.

Masjid yang berdiri di tanah kasultanan keraton Ngayogyakarta Hadiningrat ini diperkirakan dibangun pada tahun 1790-an pada masa pemerintahan Sultan Hamengku Buwono II. Keberadaan masjid berusia tua dan pasar Ramadan di kampung Kauman ini sekarang seolah telah menjadi bagian yang saling melangkapi.

“Pasar tiban setiap bulan puasa ini sudah ada sejak saya masih kecil, umur lima tahunan. Tapi awalnya baru satu dua pedagang, mulai ramai sejak 10 tahun lalu. Ini ada di tepi jalan menuju masjid yang merupakan masjid Keraton, jadi ada daya tariknya tersendiri,” ungkap salah satu warga Dusun Kauman, Azhari (45), Selasa (16/7).

Selain warga sekitar, pedagang yang berjualan di pasar Ramadan ini ada pula yang berasal dari wilayah kecamatan tetangga seperti dari Kecamatan Girimulyo. Pasar Ramadan ini mampu menggerakkan perekonomian warga, setiap tahun jumlah pedagang semakin bertambah.

“Tentu ini menggerakkan ekonomi masyarakat, pedagang yang baru-baru banyak. Dari tahun ke tahun makin ramai,” imbuhnya.

Semakin sore pasar ini semakin ramai, warga berbondong-bondong silih berganti datang untuk membeli menu berbuka. Dari orang tua hingga remaja dan anak-anak tampak berbaur di pasar Ramadan Kampung Kauman ini.

Aneka makanan dan minuman untuk berbuka bisa dengan mudah didapat di sini. Dari minuman es buah, dawet, kolak, hingga aneka makanan seperti bakmi dan pecel ada di pasar sore ini. Aneka lauk seperti rendang, ikan, maupun sate pun ada.

Atau bila sekedar ingin membeli menu ringan untuk berbuka, aneka gorengan tersedia pula. Ada lagi menu berbuka yang khas di daerah ini, yaitu gebleg dan binggel yang terbuat dari ketela dengan lauk besengek tempe.

“Tiap sore saya ke sini beli menu berbuka. Biasanya beli bakmi sama geblek, ini makanan sehari hari yang khas di sini,” kata Eni Kurniawati (23) warga Wijimulyo, Nanggulan, yang rumahnya berjarak 2 km dari pasar Ramadan Kauman ini. (Panuju Triangga utk Suara Merdeka)

Pasar Tiban Ramadan Kampung Kauman (2010)

Ada Sejak 30 Tahun Lalu
SORE hari suasana Ramadan di Kampung Kauman, Desa Jatisrono, Kecamatan Nanggulan, Kulon Progo,  begitu kental. Terutama dengan adanya pasar tiban yang hanya terjadi di saat bulan Ramadan dan di sore hari saja. Puluhan orang berkumpul di sekitar salah satu simpang empat Jalan Nanggulan-Wates yang melewati kampung itu. Dikenal dengan simpang empat Kauman, hanya beberapa meter sebelah barat Kantor Kecamatan Nanggulan.

Aneka menu makanan dan minuman untuk berbuka bisa dengan mudah didapat di pasar yang mulai ramai pukul 15.00 WIB itu. Dari minuman es buah, dawet, kolak, hingga aneka makanan seperti bakmi dan pecel ada di pasar itu. Tak ketinggalan, lauk seperti rendang, ikan, maupun sate pun ada. Atau sekedar ingin membeli menu ringan untuk berbuka, aneka gorengan tersedia pula. Ada lagi satu menu berbuka yang khas di daerah itu, yakni binggel dan geblek yang terbuat dari ketela.

“Sudah tradisi, berbuka kalau belum bakmi sama binggel masih kurang. Belinya ya di pasar Ramadan Kauman ini,” ungkap Ariyadi (50), salah seorang warga sekitar sembari membeli binggel, Senin (16/8) sore.

Dari cerita warga, pasar Ramadan di Kampung Kauman itu telah ada sejak sekitar 30 tahun lalu. Awalnya hanya tiga warga saja yang menjajakan menu berbuka puasa di tempat itu. Namun lambat laun, dari tahun ke tahun, jumlah warga yang menjajakan aneka menu makanan dan minuman semakin bertambah.

“Sejak saya kecil sudah ada. Setiap bulan puasa saya bantu ibu berjualan di sini,” kata Juminah (33) salah satu pedagang yang juga warga sekitar.

Setiap sore di bulan Ramadan, para penjual yang kebanyakan merupakan warga sekitar, sudah mulai menata barang dagangannya pukul 14.30 WIB. Semakin sore pasar itu semakin ramai, selain penjualnya telah lengkap, warga pun berbondong-bondong silih berganti datang untuk membeli menu berbuka. Dari orang tua hingga remaja dan anak-anak tampak berbaur di pasar Ramadan Kampung Kauman itu. Pasar itu mulai sepi pukul 17.00 menjelang waktu berbuka.

Lokasi pasar Ramadan itu juga istimewa, karena terletak di pinggir jalan menuju ke Masjid Jami’ Kauman.  Sebagian warga menyebut, masjid itu merupakan masjid Kasultanan Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat dan dibangun di atas tanah milik Kraton. Di sekitar masjid itu juga berdiri sebuah pondok pesantren bernama Al Miftah.

“Hampir setiap tahun Sultan datang ke sini. Setiap acara tasyakuran pondok pesantren malam tanggal 19 Sya’ban atau sepuluh hari sebelum bulan puasa. Tapi kalau Sya’ban kemarin Sultan tidak hardir,” ungkap Juminah.

Ya, meski telah ada sejak 30 tahun lalu, pasar itu mungkin memang belum begitu banyak dikenal masyarakat di luar Kulon Progo. Bahkan, mungkin sebagian warga Kulon Progo pun juga belum mengetahui keberadaan pasar yang memberi nuansa khas di bulan Ramadan ini. 

“Yang datang ke sini, selain warga sekitar sini ada juga dari kecamata tetangga. Tapi kalau yang dari luar daerah khusus datang ke sini sepertinya jarang,” imbuh Sarikem (55) warga lainnya yang juga berjualan menu berbuka. (Panuju Triangga utk Suara Merdeka)