Langit sedikit mendung menambah eksotisme Dusun Sokomoyo di Desa Jatimulyo, Kecamatan Girimulyo yang berada di Pegunungan Menoreh, Kulonprogo. Masyarakat berduyun-duyun berkumpul ke dalem pedukuhan (balai dusun) dengan mengenakan pakaian adat Jawa dan mengusung jolen (tandu) berisikan aneka hasil bumi.
Nuansa tradisi dan kebersamaan antar warga terlihat begitu kental. Mereka menggelar upacara adat yang telah turun-temurun dilakukan yakni Bersih Dusun Saparan, Minggu (23/1). Acara diawali dengan berkumpulnya warga dari 13 rukun tetangga (RT) di balai dusun.
Masing-masing RT mengusung jolen berisi hasil bumi seperti sayuran, buah-buahan, dan palawija. Selain itu juga hasil olahannya baik berupa nasi tumpeng, golong, ingkung, jenang, jajan pasar, dan makanan tradisional lainnya.
Setelah berkumpul iring-iringan bergodo (pasukan) dari seluruh RT itu kemudian dilepas pemangku adat untuk melakukan kirab. Menempuh jarak sekitar dua kilometer melewati tempat-tempat keramat dan berakhir di pendopo joglo peninggalan sesepuh desa yang bernama Jogo Setiko.
“Dengan bersih dusun ini warga memohon pada Tuhan agar dilindungi dan mendapat ridho agar tenteram dan aman. Apa yang diharapkan warga bisa tercapai. Ini dilaksanakan setiap tahun di bulan Sapar, biasanya mengambil hari Minggu Legi pada kalender Jawa,” kata pemangku adat, Lebuh Prayitno, yang juga ketua desa binaan budaya Jatimulyo.
Menurut Prayitno, tradisi bersih dusun itu bermula sejak tahun 1911 saat wilayah desa itu terkena pagebluk atau malapetaka adanya wabah penyakit yang menyebabkan banyak kematian. Sehingga sesepuh atau lurah desa waktu itu yakni Jogo Setiko melakukan permohonan pada Tuhan dengan mengarak hasil bumi.
“Setelah itu tidak terjadi pagebluk lagi, masyarakat menjadi tenteram. Tradisi itu kemudian diteruskan sampai sekarang,” ungkap Prayitno yang juga Kabag Pembangunan Desa Jatimulyo.
Setelah arak-arakan bregodo sampai di halaman pendopo joglo, kemudian dilakukan doa bersama yang diikuti seluruh warga. Jolen-jolen yang berisi hasil bumi dan aneka olahannya kemudian dibuka dan seluruh warga masyarakat melakukan makan bersama atau kembul bujana.
Dalam arak-arakan itu juga ditampilkan berbagai kesenian yang berkembang dan masih dilestarikan masyarakat Sokomoyo. Seperti jatilan, ndolalak, reog sureng, sholawatan, dan rebana. Sedangkan pada malam harinya digelar pertunjukan wayang kulit dengan dalang warga setempat.
Camat Girimulyo, Sumiran, yang menghadiri acara itu mengatakan, mendukung kegiatan seni budaya yang diselenggarakan oleh masyarakat. Kegiatan-kegiatan seperti itu bisa mendukung upaya pelestarian seni budaya dan tradisi yang dimiliki masyarakat. Selain itu, dengan pengemasan yang baik juga menjadi pendukung pengembangan pariwisata.
“Desa Jatimulyo termasuk desa budaya yang bahkan mewakili Kulonprogo maju ke tingkat provinsi DIY. Arah ke depan, seni budaya yang berkembang di sini bisa menjadi pendukung obyek wisata Goa Kiskendo yang juga ada desa ini,” tandasnya. -cahpesisiran ~utk suara merdeka-
No comments:
Post a Comment