Thursday, February 07, 2008

Banyak yang hilang di generasi 'setelah babe gue'

Seorang teman dalam blog nya menyampaikan kegundah-gulanaan hatinya tatkala melihat generasi 'kini' yang mulai kehilangan nilai lokal.
Aku pun ketika itu kemudian turut menyampaikan uneg-uneg ku yang kutuliskan mengomentari tulisan temen ku itu:

Pancen..
banyak yang hilang..
Entah mengapa, apakah kita terlena dengan modernitas, globalisasi, dan teknologi..?
Ataukah kita memang sempat bosan dengan kelokalan kita..?
Bak pepatah mengatakan, 'Apa yang tak kita miliki, itulah yang kita ridu. Sedang apa yang ada di genggaman tangan seolah tiada lagi berharga..'
Ketika kemudian kita mulai bosan dengan hingar-bingar modernitas, teknologi, dan 'barat'..
Kita tersentak kaget, apa yang kita miliki diklaim orang lain..
Tentu rasa pilu dan perih ada di dada..apa yang ada di genggaman kita hendak diambil orang!!
Tapi.., kenapa bisa diambil orang?
Mungkinkah kita sempat lupa dengan apa yang ada di genggaman kita? Mungkinkah kita pernah bosan terhadapnya, dan tanpa sadar menghempaskannya? ...
<<< >>>
Ya..
Aku pun turut prihatin ketika banyak nilai-nilai lokal dan budaya lokal di sekitar, yang mulai banyak ditinggalkan oleh generasi-generasi 'setelah babe gue'.. Ya, banyak sekali anak-anak sekarang yang tak mengenal lagi nilai lokal yang telah turun temurun dari generasi 'neneknya buyut gue.. dan seterusnya ke atas'.
Anak-anak sekarang memang banyak yang telah melunturkan nilai lokal dari dirinya..
Anak-anak sekarang?
Termasuk generasiku dong?!! Ya memang.. dan mungkin juga aku di dalamnya, telah melebur pada apa yang dinamakan globalisasi, hingga nilai-nilai lokal mulai tergeser dari jiwa dan hatiku..
Padahal, betapa dan begitu berharganya kelokalan kita. Betapa indah, mulia, dan bahkan bisa juga bersifat universal, 'local wishdom' yang kita miliki di dalam budaya dan nilai-nilai lokal kita.
Maka akankah kita hanya berdiam diri saja membiarkan 'yang berharga itu' luntur dari diri kita, dari hidup kita, dari keseharian kita? .. Sumonggo dipun jawab piyambak-piyambak..!!
--
Aku terkesan dengan tulisan temenku. Maka ku hadirkan pula tulisan temenku itu di sini, dari dua orang teman berjuluk jangkrik ngerik dan juga ilalang berbisik:

PADHANG MBULAN EUEY

wengi iki padhang mbulan.....!
takbayangake...krisdayanti rengeng_rengeng geguritan,
ing sandinge "the rock" jingkrak jingkrak nunggang jaran kepang..
lamunane wong edan???

ing ati iki ono roso kuciwo..
jare ngaku wong jowo
,nanging do ora iso honocoroko..(padahal aku yo ora iso..he..)
sopo kang gelem nguri_uri mogobothongo?
mosok arep di_ekspor ing negoro liyo???
tempe wae(panganan ket jaman majapait) jare wis di hakpatenke jepang?
tembang rasa sayange,kok yo iso diaku tembang malasia?
lha piye maneh???
bocah kang lagi thingis....diajari "good morning"
didolani tamiya,ps,komputer...
dipakani hotdog,pizza.....
metu soko ngomah,wedi keno bledug...
sesuk sopo yo?
kang muni sugeng enjang...
dolanan gobag sodor..
ngopeni thiwul growol.....
santai wae ding,isih ono wong tuwo tuwo..
lha yen kabeh kang iso do tilar donyo???
we lah,padhang mbulan tho saiki??
ah,isih kalah padhang karo neon,
mending ing njero ngomah,iso nonton,,,, po kelon ??? (www.jangkrikngerik.blogspot.com)

Menyimak puisi diatas, kita seperti tersadarkan betapa anak-anak dan generasi muda kita telah begitu jauh melupakan budaya asli daerahnya. Saya jadi teringat masa kanak-kanak dulu sekitar tahun 80an sewaktu bulan purnama tiba. Sehabis Isya hingga menjelang larut malam, anak-anak bermain di halaman di bawah terang sinar rembulan. Ada yang bermain gobag sodor, petak umpet, jethungan, nom tuwa dan sebagainya. Sedang anak perempuan bermain tali atupun dakon. Terasa sekali suasana keceriaan dan keriangan yang khas kekentalan lokalnya. Rasa suka cita terbawa sampai ke alam mimpi kemudian.

Kini suasana seperti itu sudah jarang kita temukan lagi, berganti permainan canggih produk barat dan budaya luar lainnya. Anak-anak lebih senang bermain playstation atau nge-game di warnet. Budaya televisi pun merampas budaya bermain anak-anak. Mereka lebih senang nongkrong di depan televisi nonton sinetron atau gosip infotainment daripada mengembangkan kreativitasnya di luar. Jadilah anak-anak ini generasi yang malas tak mau bekerja keras. Mereka selalu mendapatkan sesuatu dengan mudah tanpa melalui bayak perjuangan. (www.ilalang-berbisik.blogspot.com)

No comments:

Post a Comment