MINIATUR pesawat yang benar-benar bisa
diterbangkan dan dikendalikan menggunakan remote control membuat banyak orang
penasaran. Berawal dari rasa penasaran dan ingin mencoba itulah maka
aeromodelling mulai banyak digemari warga Kulonprogo, DIY, sebagai hobi.
Para pehobi di kabupaten yang
disebut-sebut sebagai calon lokasi pembangunan bandara internasional pengganti
Adisutjipto Yogyakarta itu telah membentuk komunitas yang diberi nama Kulonprogo
Aeromodelling Club (KPAC). Selain mewadahi para pehobi, komunitas ini sekaligus
menjadi wadah bagi yang menseriusinya menjadi atlet.
Bila cuaca cerah, anggota komunitas ini
hampir setiap sore selalu melakukan latihan bersama menerbangkan pesawat-pesawat
mininya. Lokasi yang dipilih pun berpindah-pindah, seperti di lapangan maupun
di ruas jalan baru yang belum difungsikan. Atraksi manuver-manuver
aeromodelling yang mereka tampilkan selalu saja menarik perhatian warga
sekitar.
Komunitas pecinta aeromodelling di
Kulonprogo ini terbentuk sejak lima tahun lalu, tepatnya 2008 silam. Berawal
dari satu-satunya atlet aeromodelling Kulonprogo saat itu, Rahmali (40), yang
mengenalkan pada masyarakat setelah dirinya mengikuti lomba tingkat nasional di
kawasan Bandara Adisutjipto Yogyakarta dan di Tasikmalaya, Jawa Barat.
“Waktu itu saya baru mengikuti kategori
freeflight. Tapi di aeromodelling kan juga ada yang elektrik menggunakan remot,
saya sering menerbangkan, banyak yang nonton. Penonton minat-minat kemudian punya
sendiri-sendiri menjadi hobi,” ungkapnya di sela-sela latihan bersama di
lapangan Kenteng, Demangrejo, Sentolo, Selasa (6/3).
Mereka kemudian dikumpulkan dalam satu
wadah komunitas baik untuk yang hobi maupun keolahragaan. Hingga kini, anggota komunitas
yang berada di bawah Federasi Aero Sport Indonesia (FASI) Kulonprogo ini berjumlah
30 orang.
Di antara jumlah tersebut yang merupakan
atlit alias menseriusinya sebagai olahraga sebanyak 10 orang baik untuk
kategori freeflight maupun control line atau speed control. Anggota komunitas
ini berasal dari beragam kalangan, mulai dari pelajar, pengusaha, hingga polisi.
Bahkan ada juga anggota komunitas yang merupakan crew grup band kondang asal
Yogyakarta, Sheila On 7.
Saat latihan bersama, beragam atraksi maneuver
yang mereka tampilkan memang selalu menarik. Apalagi dengan beragam bentuk
pesawat aeromodelling yang bervariasi pula, seperti model wings dragon, cessna,
helicopter, hingga jet.
“Tujuan kita yang pertama ke olahraga
prestasi, walaupun di aeromodelling ini juga ada unsur iptek dan rekreasi.
Sehingga yang sekarang mereka hobi juga kita arahkan ke keatletan. Pada Porprov
DIY 2011 lalu kita dapat medali emas untuk kategori freeflight,” tutur Rahmali
yang juga Ketua FASI Kulonprogo serta Ketua KPAC.
Dalam menjaring calon atlet, lanjutnya,
KPAC dan FASI Kulonprogo ke depan berencana mensosialisasikan aeromodelling ke
sekolah-sekolah. Diharapkan aeromodelling ini bisa masuk menjadi
ekstrakokurikuler di sekolah sehingga sekaligus menjadi sarana mencari bakat
keatletan.
Salah satu anggota komunitas, Muhammad
Arifin Nur (15) yang juga pelajar SMA 1 Wates, mengaku tertarik bergabung
karena ingin belajar lebih banyak tentang aeromodelling. Apalagi dia berencana
melanjutkan studi di perguruan tinggi jurusan elektronika. “Rencananya kalau
bisa ingin ikut Porprov juga,” ungkapnya.
Berbeda dengan Arifin, Wiji Baryono (44)
mengaku tertarik untuk bergabung sejak 2010 karena merasa penasaran dengan
aeromodelling. Meski hobi ini dibilang mahal, namun menurunya tidak sepenuhnya
benar. Sebab, setelah memahami seluk-beluknya maka bisa membuat bodi pesawat
aeromodelling sendiri.
Untuk mencoba hobi ini bisa dimulai
dengan membeli pesawat aeromodelling yang sederhana dulu. Cukup dengan merogoh
kocek sekitar Rp 1,5 juta, pesawat mini sudah ditangan dan bisa mulai belajar
menerbangkannya.
“Mudah-mudahan anggota semakin banyak
dan lebih terkoordinasi. Selain hobi kalau bisa juga menjurus ke olahraga
prestasi,” pungkas Wiji.
-cahpesisiran, utk suara merdeka-