Sunday, August 31, 2008

terbitlah

kau pernah menjadi matahari terbit ku
dan hari ini kau benar-benar telah terbit
menyatulah dengan garis edarmu
tersenyumlah dan raihlah tangannya

raihlah tangannya
yang 'kan membawamu melewati hari-hari penuh asa
jalani siang penuh makna dan malam bertabur gemintang
diantara pagi yang cerah dan senja yang indah

tak ada
sesuatu yang membuatmu bahagia
tanpa aku pun lebih bahagia
tentu saja, doa ku terucap untuk mu

tersenyumlah dan raihlah tangannya

Thursday, August 28, 2008

Serbi Sambut Ramadhan

Pasar Sore Ramadhan Kampung Kauman Yogyakarta

RAMADHAN memang seringkali menghadirkan sesuatu yang istimewa. Salah satunya adalah Pasar Sore Ramadhan Kampung Kauman Yogyakarta. Tentu saja pasar sore ini istimewa, karena hanya bisa ditemukan pada bulan Ramadhan saja.

Pasar Sore Ramadhan ini, berada di gang RW 10, Kauman, Ngupasan, Gondomanan, Yogyakarta, yang bisa diakses dari Jalan KHA. Dahlan. Pasar sore ini mulai ramai sekitar pukul 4 sore hingga magrib. Setiap menjelang berbuka, pembeli pun berjubel. Kebanyakan pembeli justru dari luar kampung Kauman. “Bahkan banyak juga yang datang dari Sleman. Mungkin ingin tahu karena sering diekspos di tv-tv nasional juga,” ungkap Jauzan (53 tahun), bendahara RT 33 Kauman, yg tahun lalu juga menjadi panitia pasar sore ramadhan.

Bila berkunjung ke sini, Anda akan menemukan aneka menu berbuka puasa, seperti kolak pisang, bubur saren (dari ketan), es buah, koktail, kicak (jadah diberi kelapa parut), dan makanan-makanan ringan lain. Mayoritas penjualnya adalah warga kauman, walaupun ada juga beberapa warga dari luar yang pada hari biasa memang berjualan di sekitar kampung tersebut.

Pasar sore ramadhan ini sudah ada sejak sekitar sepuluh tahun lalu. “Dulu namanya pasar tiban, kemudian sejak dua tahun lalu diubah menjadi pasar sore ramadhan. Awalnya inisiatif warga sekitar 10 orang saja. Namun kemudian tiap tahun warga yang berjualan terus bertambah. Bulan puasa tahun lalu saja sudah menjadi 50 orang,” kata Jauzan menambahkan.

Bahkan, bagi warga yang ingin berjualan tetapi tidak mepunyai modal, pihak RW siap memberikan pinjaman sekitar Rp 100 ribu tanpa bunga. Pinjaman dikembalikan pada saat selesainya pasar sore ramadhan, yaitu H-2 lebaran. “Tahun lalu total dana yang disediakan 5 juta,” kata Jauzan yang pada bulan puasa juga berjualan menu berbuka tersebut.

Jauzan memilih untuk menjual minuman sirsat, dan juga goreng-gorengan. Minuman sirsat dibuatnya sendiri, sedangkan gorengan hanya titipan warga lain. Sirsat dibeli dari pasar Beringharjo. Tahun lalu harga per kilonya Rp 3-4 ribu. Sedangkan harga sekarang, kata Jauzan, kemungkinan agak mahal karena sedang tidak musim. “Dalam sehari rata-rata bisa habis 5 kg sirsat atau sekitar 100 gelas lebih. Dulu segelas dijual dengan harga Rp 1.500,” ujarnya. Keuntungan yang diperoleh pun relatif besar. “Keuntungan per hari bisa Rp 100 ribu,” ungkap lelaki paruh baya yang sudah jualan minuman sirsat di pasar sore ramadhan sejak 10 tahun lalu tersebut.

Jauzan mengaku sebagai satu-satunya yang menjual minuman sirsat di pasar sore ramadhan Kauman. “Saya spesialnya memang minuman sirsat. Untuk bulan puasa besok, kemungkinan harga per gelasnya Rp 2 ribu. Karena harga gula dan gas naik. Airnya kan dimasak dulu dengan kompor gas,” pungkas lelaki yang pada hari biasa membuat nasi bungkus untuk disetorkan ke penjual angkringan di sekitar Kauman tersebut. –cahpesisiran-

Muup ye.. Foto diambil sebelum Ramadhan beberapa waktu lalau, jadi belum dapat suasana pasar sore ramadhannya deh..

Wednesday, August 27, 2008

Desa Wisata Ketingan

Bulan ramadhan akan segera tiba dalam hitungan hari. Di bulan ini, orang biasa mencari kegiatan sekedar mengisi waktu menunggu saat berbuka di sore hari, ataupun di pagi hari usai subuh. Bingung mau kemana? Mungkin Dusun Ketingan bisa menjadi alternatif tempat ngabuburit bagi anda. Di sini anda bisa mengamati kawanan burung kuntul dan blekok yang kembali ke sarang pada sore hari dan beranjak pada pagi harinya.

Kawanan Kuntul Sore Datang, Pagi Pergi

DUSUN seluas 25 hektar yang terletak di Tirtoadi, Mlati, Sleman Yogyakarta ini memang telah ditetapkan sebagai desa wisata karena keunikannya sebagai “sarang” kawanan kuntul dan blekok dalam jumlah besar.

Keberadaan burung-burung kuntul di Ketingan sebenarnya telah lama. “Tapi dulu sebelum ada upaya pelestarian, kuntul-kuntul kadang pergi dan beberapa waktu kemudian baru datang lagi. Kalau sekarang selalu ada,” kata Wari salah seorang warga Ketingan disela kegiatannya membersihkan pekarangan.

Setiap sore burung-burung tersebut datang secara berkelompok sekitar pukul lima. Kelompok-kelompok kuntul akan bertengger dan bersarang di pepohonan yang memang masih banyak terdapat di dusun itu. Ketika pagi tiba, mereka terbang meninggalkan dusun menuju ke persawahan yang banyak airnya.

Sehingga, waktu yang baik bila ingin menyaksikan burung-burung kuntul di Ketingan adalah pada sore hari ketika kawanan kuntul kembali, atau pada pagi hari -sebelum jam 06.00- sebelum mereka terbang meninggalkan dusun. Sebab, pada siang hari meski masih ada beberapa kuntul yang terlihat bertengger di pucuk-pucuk pepohonan, namun jumlahnya hanya beberapa puluh ekor saja. “Kalau siang mereka kepanasan sehingga pergi ke daerah yang banyak air. Apalagi musim kemarau begini. Biasanya akan lebih banyak kalau musim penghujan,” kata Pariem warga yang lain.

Keberadaan kuntul dan status Ketingan sebagai desa wisata ternyata memberi manfaat ekonomis bagi warga. Manfaat tersebut paling tidak dirasakan oleh warga yang rumahnya digunakan sebagai tempat menginap wisatawan. “Kadang wisatawan yang datang ke sini menginap sampai dua atau tiga hari,” kata Wari. Hal itu dibenarkan juga oleh Mardiharto yang mengaku turut merintis home stay bagi wisatawan. Selama ini wisatawan yang datang kebanyakan pelajar, baik dari Yogyakarta sendiri maupun dari luar daerah seperti Jakarta dan Surabaya.

Meski begitu, warga yang pernah mendirikan gardu pandang dari bambu di belakang rumahnya untuk wisatawan tersebut sedikit mengeluhkan keberadaan kuntul pada saat musim penghujan. “Di musim penghujan banyak yang bertelur. Kotoran dan bangkai sisa makanannya menimbulkan bau. Juga banyak bulu-bulu kecil dari anak kuntul yang terlepas. Itu mungkin kurang baik untuk kesehatan pernafasan,” kata ayah dua anak tersebut.

Namun ada pula pandangan berbeda. Keberadaan burung kuntul tidak mengganggu bagi warga karena tidak menimbulkan kerugian apa-apa. “Justru kotoran burung-burung itu bisa menyuburkan tanah,” ungkap Wari. Dari penelitian yang pernah dilakukan oleh Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA), keberadaan burung-burung tersebut memang tidak berbahaya. “Aman, dan sampai kini tidak ada yang terkena penyakit,” kata Supartinah, kepala dusun Ketingan.

Selain melihat kuntul, di dusun ini wisatawan dapat pula melihat kesenian jathilan (kuda lumping) dan gejog lesung, atau bahkan mengikuti kegiatan sehari-hari warga seperti membajak sawah dan menanam padi. -cahpesisiran-

Thursday, August 21, 2008

gagak dan rembulan

langit gelap
rembulan muram membenamkan wajahnya
dibalik segumpal awan menghitam

“tersenyumlah dan pancarkan sinarmu”
seekor gagak terbang melintas menyapa rembulan

rembulan pun tersenyum
sinarnya terpancar
langit pun menjadi cerah
tak ada lagi awan hitam

sayup kaok semakin menghilang di kejauhan
gagak telah berlalu
namun kini bulunya telah menjadi putih
berkilau terkena sinar rembulan

Saturday, August 16, 2008

Postingan Tirakatan

...
Hari merdeka nusa dan bangsa
Hari lahirnya bangsa Indonesia
Merdeka..

Sekali merdeka tetap merdeka
Selama hayat masih di kandung badan
Kita tetap setia tetap setia
Mempertahankan Indonesia
...
(H. Mutahar)



Njih,
17 Agustus memang hari yang patut disyukuri dan dirayakan oleh bangsa Indonesia. Mungkin tak keliru bila banyak kemeriahan yang dilakukan untuk menyambutnya. Tentu tak semata-mata sebagai bentuk penghargaan terhadap jasa para pahlawan yang telah mewujudkan kedaulatan bangsa ini. Namun juga untuk memupuk rasa nasionalisme dan persatuan diantara kita.

Sebagian orang mengisi malam 17an dengan acara tirakatan sebagai media untuk introspeksi dan perenungan. Nah dalam Postingan Tirakatan ini, saya ingin mengutip beberpa pernyataan yang meskipun bukan hal baru, tapi menurutku tetap menarik untuk menjadi bahan perenungan dan pemikiran.

- Di masa sekarang makna kemerdekaan perlu didefinisikan ulang/redefinisi. “Kalau saya, merdeka itu harus diredifinisi sebagai merdeka dari pengangguran, kemiskinan, dan dari modal asing,” (Ekonom UGM, Mudrajad Kuncoro).

- Melihat sejarah ke belakang, ada puluhan kerajaan yang pernah hidup di nusantara. Kerajaan-kerajaan besar seperti Sriwijaya, Majapahit, Mataram, dan Tarumanegara. Tapi kerajaan-kerajaan tersebut tidak berumur panjang. “Kehancurannya bukan oleh serangan musuh tetapi oleh penghianatan dan kebodohan bangsanya sendiri. Sejarah itulah yang semestinya menjadi pelajaran bagi bangsa Indonesia,” (Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara -yang berpemikiran seorang negarawan- Taufiq Effendi)

Melihat kondisi bangsa Indonesia saat ini, mungkin memang bisa dikatakan bahwa kita belum sepenuhnya merdeka. Selain masih terjajah oleh kekuatan kapitalis asing, kapitalis dari bangsa sendiri pun tak kalah garangnya mencengkeram yang lainnya.

Jadi tentu saja, perjuangan belum berakhir..

Tapi kita tetap harus meneriakkan “MERDEKA”, sebagaimana pejuang kemerdekaan meneriakkan kata itu ketika mengusir penjajah.

Foto: Pantai Ngrenehan Gunung Kidul Yk, Mei 08

Angin dan Lelaki Kabur Kanginan

Lelaki kabur kanginan,
Pengembara yang berjalan mengikuti arah angin kehidupan.
Pengembara yang papa tanpa harta dan kuasa, kecuali harapan.
Ia bukanlah angin, karena anginlah yang membawanya melangkah.


Lelaki kabur kanginan,
Adalah nelayan yang tak kuasa mengajak kekasihnya turut serta berlayar,
karena perahunya terlalu kecil untuk mereka berdua.

Ia adalah papa tanpa harta dan kuasa, kecuali harapan.
Harapan tuk menjadi angin,
agar bisa menentukan sendiri arah hembusannya.
Harapan tuk menjadi angin,
agar bisa membawa kekasihnya berlayar.
Harapan tuk menjadi angin,
agar mampu menghembus lautan,
hingga menjadi gelombang yang tak lelah menerjang karang.

Saturday, August 09, 2008

Perburuan Di Suatu Sore

Hmm.. akhir pekan mo ngapain ya.. posting catatan akhir pekan aja ah, tentang suatu perburuan kemaren. Tentu saja bukan berburu binatang.

Pagi tadi si Bos rasan-rasan ingin melihat pameran buku yang bisa dibilang terbesar sepanjang tahun ini, di kotaku tercinta. Maka sore harinya berangkatlah kami berempat termasuk si Bos menuju TKP (tempat kejadian perkara).

Dan benar, suatu pemandangan yang menyenangkan, stan-stan dipenuhi buku dengan para pengunjung berjejal, membaca dan antre membayar pada penjaga stan. Bahkan di bagian khusus penyampulan, buku bertumpuk-tumpuk di atas meja. Para empunya buku pun harus bersabar menunggu giliran bukunya didandani dengan baju-baju transparan. *wow.. sampul maksudnya*

Tak ketinggalan, kami pun langsung melakukan inspeksi ke stan-stan, mengintai judul-judul buku yang menarik, membaca preview-preview dengan cekatan, satu buku, dua buku, dan seterusnya dari satu stan ke stan lainnya. Ada satu stan yang di dalamnya tertumpuk puluhan buku dengan harga seragam 10 ribu rupiah. “Lumayan nih. Beli ah mumpung murah,” kata kawanku si Angin. Akhirnya 5 buku pun ia borong.

Harga buku-buku di pameran ini memang lebih miring. Bayangkan saja, sebuah buku berisi pandangan-pandangan Einstein tentang beragam hal setebal 243 halaman bisa kudapat dengan harga tak lebih dari 15 ribu rupiah. Juga sebuah buku berisi tiga roman cinta paling tersohor dalam peradaban manusia hingga saat ini, yaitu Laila Majnun, Cleopatra, dan Romeo-Juliet, siap kubawa pulang dengan harga 35 ribu rupiah.

Tapi rasanya ada yang kurang nih. Buku untuk otak kiri sudah ku dapat, otak kanan juga, maka giliran cari buku untuk hatiku biar tak membeku dan membatu. Maka perburuan kulanjutkan lagi. Wah rupanya ini cocok deh, “Rahasia Sholat Khusyuk” sebuah judul buku kutemukan di salah satu stan. “Cocok..!” teriak hati kecilku bersorak. Maklum aja, belakangan aku merasa tidak enak dengan diriku sendiri masalah sholat. Seorang kawan pun kaget melihat aku sholat dalam waktu yang bisa dibilang kilat khusus. Jelas aja dong gak khusyuk *dasar parah*. Maka sejurus kemudian, “Rahasia Sholat Khusyuk” telah ada di tanganku. “Tapi jangan cuma dibeli dong. Baca, dan amalkan!!” tegas hatiku berpesan kepada lelaki kecil yang belakangan sedang rakus membaca ini.

Sementara si Bunga, sebut saja demikian, satu-satunya cewek diantara kami berempat berburu buku pesanan temennya. Sebuah buku pedoman berbahasa Indonesia yang baik dan benar serta sesuai EYD. Buku itupun dengan mudah ia dapat, tentu saja dengan harga yang murah setelah mengeluarkan jurus “mata tuing-tuing” nya. Tidak mengagetkan bagi kami bertiga, karena jurus penakluk dari si Bunga yang tak pernah mau rugi itu sudah bukan hal baru tentunya. Tak hanya harga murah, bahkan si Bunga pun mendapat bonus beberapa permen dari si penjaga stan. “Semoga tidak seperti menggarami air laut. Karena aku memberikan sesuatu yang manis kepada yang manis,” itulah mungkin kata-kata yang ada dalam hati si penjaga stan meski tak terucap. *oww so sweet.. :p* Bahkan di stan berikutnya ketika memburu buku pesanan temannya yang lain, ia diberi bonus air mineral dan diminta untuk sudi duduk sejenak. *fyuhh*

Yah, lain orang memang lain dalam meliahat sesuatu. Karena si Angin, beberapa saat kemudian berkata sesuatu kepadaku. “Secantik-cantik si Bunga, kok masih banyak yang jauh lebih cantik ya,” begitulah kata Angin kagum melihat makhluk-makhluk hawa maha karya agung Tuhan yang banyak hilir-mudik diantara stan-stan. (whekekekkek.. tumben si Angin yang kalem ngomentari cewek)

Hari itu memang perburuan buku yang menyenangkan. Si bos pun sangat bersemangat memburu buku-buku untuk santapan kecerdasannya. Bahkan kami bertiga terkadang kehilangan jejaknya, yang dengan tenang dan cekatan menyusup dari satu stan ke stan lainnya. Tak tanggung-tanggung, delapan buku akhirnya dtitentengnya siap menjadi santapan.

Wednesday, August 06, 2008

sebuah paket untukku

Tidak seperti lirik sebuah lagu “terbangun di pagi ini, jalani hari seperti kemarin. tak ada yang pernah berubah..” (ga’ persis seperti ini sih, tapi intinya sama), hari ini aku mendapatkan sebuah paket dari seorang kawan.

Di pagi yang cerah hari ini, kompi kembali melambaikan tangannya kepadaku tuk menatap wajah bersinarnya. Aku pun tak kuasa menolak, dan ternyata dia memberikan kabar kepadaku. Seorang kawan telah mengunjungi rumah mayaku dan meninggalkan pesan, sebuah undangan untuk berkunjung balik ke ‘rumah’ nya. Aku bergegas memenuhi undangan itu. Dengan senyumnya sang pemilik rumah pun menyambut. Ternyata aku diberi kehormatan untuk menerima sebuah award. “Great Buddy Award” itulah nama penghargaan yang diberikan oleh seorang kawan dengan senyum ramahnya (ciee) kepadaku. Thanks Acy. Dan beberapa hari kemudian aku juga mendapatkan award dari Ney Candy (makasih ya..).

Dan aku ingin membagi Great Buddy Award ini dengan kawan-kawan:

  1. Mbah Im, yang selalu memberi inspirasi.
  2. Land Jangkrik ngerik, yang tak kenal lelah mengabarkan pernikahan kawan kepadaku (kekkekek..).
  3. Jk Yuliantoro, yang mengajarkanku menghargai waktu (jangan tanya kapan nyusul..). thaks 4 d friendship bro!
  4. Groengerine, teman berbagi castle (thanks 4 d lyric.. hehe).
  5. Gadis Rantau, yang selalu menghembuskan sapa dari seberang.
  6. Ivana, teman berbagi pemikiran.
  7. Sita, kawan berjuang di negeri bengawan.

This is the rule :
1) Put the logo on your blog.
2) Add a link to the person who awarded you.
3) Nominate at least 7 other blogs.
4) Add links to those blogs on yours.
5) Leave a message for your nominees on their blogs.

Nb: bwt teman-teman yang belum tersebut pada list, bukan berarti aku tidak berbagi award ini dengan kalian. Tanpa award pun kita ‘kan selalu berbagi. iya kan? (duh.. sok romantis).

Saturday, August 02, 2008

tanda-tanda alam

Di awal musim kemarau beberapa bulan lalu…

Bocah 1: Hoi garengpung!!!!
(menyapa bocah 2 yang sedang menamakan diri garengpung setelah mendengar ocehan serangga-serangga itu di pekarangan belakang rumahnya)

Bocah 2: Hoei juga.... Aku datang, maka kemarau pun akan segera datang...

Bocah 1: Wah jan ilmu titenmu sip.
(Wah ilmu titen mu hebat)

Bocah 2: Sekedar membaca tanda-tanda alam..

Bocah 1: We ek ek ek.. meh nyaingi madam Lauren..?
(Mau menyaingi madam Lauren?)

Bocah 2: Yen aku melu ngelmune Mbah Maridjan wae..
(Kalau aku ikut ilmunya Mbah Marijan aja. -Mbah Marijan: juru kunci gunung Merapi-)

Bocah 1: Wah cari profesi alternatif setelah pensiun ya?

Bocah 2: Lumayan nggo samben..
(lumayan untuk sampingan)
Mungkin ada yang mau kau konsultasikan tentang tanda-tanda alam nak?

Bocah 1: Piye (gimana) mbah berdasarkan tanda tanda alam, temenku yang di Yogya sekarang lagi musim apa?

Bocah 2: Berdasarkan angin yang berhembus ke arah timur.. temenmu yang di Yogya lagi musim ngobrol (suka ngobrol) dengan seseorang di arah timurrr...

Bocah 1: *tersipu*

Bocah 2: Wah ki aku iso nyaingi Mbah Hadi no ya...
(wah aku bisa menyaingi Mbah Hadi ya.. -Mbah Hadi : KRH Darmodipuro, kepala museum Radya Pustaka Solo, pakar ilmu pawukon-)

Bocah 1: Mbah, kapan koncoku iku dolan nang Solo, terus bawa oleh-oleh buat aku?
(Mbah kapan temenku bisa maen ke solo, dan membawa oleh-oleh untuk ku?)

Bocah 2: Jika kelak di Yogya telah tumbuh buah pear.. dia akan membawakannya untukmu..
Tapi sungguh sayang nak.. buah pear tidak bisa tumbuh di kawasan Yogya..

Bocah 1: Waduh !!! Betapa malangnya aku!!
He he.. koe pindah Solo wae nggenteni Mabah Hadi...
(Kamu pindah Solo aja, menggantikan Mbah Hadi)

Bocah 2: Wah yen pawukon aku isih rung terlalu lanyah je.. ki sih meguru karo mbah buyut..
(Wah kalau ilmu pawukon –hitungan penanggalan Jawa- aku masih belum mahir. Ini masih belajar sama nenek buyut)

Bocah 1: Yo banyak belajar, po perlu tak colongne primbone Mbah Hadi?
(Ya banyak belajar. Apa perlu ku curikan buku primbon-nya Mbah Hadi?)

Bocah 2: Gelem, tapi khawatire yen malah katut keseret dadi pesakitan lho.
(Mau, tapi khawatirnya malah ikut terseret jadi pesakitan. –beberapa waktu lalu Mbah Hadi terseret kasus pencurian arca-)
*mengernyitkan dahi*

Bocah 1: Malah seneng no iso mangan tidur gratis.
(Malah seneng dong, bisa makan tidur gratis)

Bocah 2: Iyo sih.. tapi yo sekalian dadi panganan nyamuk-nyamuk..
(Iya sih.. tapi juga sekaligus jadi makanan nyamuk-nyamuk)

Bocah 1: Yo saling memakan aja... biar sama-sama untung.

Bocah 2: *huh*
Tapi jare (kata) Mbah Marijan.. yen (kalau) nyamuk berdatangan, itu suatu pertanda....
bakalan banyak orang terkena gatal-gatal..

Bocah 1: *ennggg...* Ya iya lahhhhh....!!

Bocah 2: Hehe.. namanya juga bo'ong-bo'ongan.. *nyengir*


Sudah sejak lama manusia mencoba memahami alam dengan membaca tanda-tanda yang ada. Sepeti memprediksi datangnya musim kemarau atau penghujan, datangnya badai, gunung meletus, dan lain sebagainya. Tanda-tanda yang biasa dibaca oleh masyarakat tradisional bermacam memang, mulai dari perilaku binatang, tumbuh-tumbuhan, hingga arah angin.

Sepertinya alam memang memberikan ciri-ciri atau pertanda sebelum terjadinya sesuatu (bencana misalnya), tinggal bagaimana kejelian manusia mencermati untuk mewaspadainya. Jadi alangkah indahnya kalau manusia bisa hidup selaras dengan alam dan menjaganya, bukan justru merusaknya.