Wednesday, March 06, 2013

Komunitas Fotografi Geblek Kulonprogo


Sharing Pengetahuan dan Angkat Potensi Daerah

FOTO merupakan salah satu sarana untuk mengabadikan sesuatu yang ada di sekitar sehingga terdokumentasi. Fotografi kemudian berkembang pula menjadi sarana ekspresi seni yang banyak diminati kalangan anak muda sebagai hobi.

Bagi pecinta fotografi di Kabupaten Kulonprogo, kesamaan hobi pada kegiatan yang menghasilkan gambar dengan sarana kamera tersebut menjadi perekat terbentuknya komunitas. Mereka menamakan diri sebagai Geblek (Gerombolan Bermain Lensa dan Kamera) Kulonprogo yang terbuka bagi siapa saja untuk bergabung.

Selain sebagai sarana saling berbagi ilmu fotografi, komunitas ini juga dibentuk untuk memperkenalkan potensi-potensi daerah. Mulai dari landscape atau pemandagan alam, seni budaya, pariwisata, upacara-upacara adat, makanan tradisional, kerajinan, hingga sisi human interest warga Kulonprogo.

Nama Geblek Kulonprogo sendiri diambil dari nama makanan gebleg yang merupakan makanan tradisional khas Kulonprogo. Pemilihan nama tersebut untuk menunjukkan ciri khas daerah asal komunitas dirintis.

“Awalnya cuma dari kesamaan kesenangan fotografi. Saya dan mas Didit (Aloysius Rahadian Ajisoko) ketemu di angkirngan ngobrol-ngobrol, kemudian muncul ide membentuk komunitas dengan mengajak teman-teman yang suka fotografi,” ungkap Ketua Geblek Kulonprogo, Cahaya Putra Gumilang kepada Suara Merdeka, Rabu (9/1).

Sejak terbentuknya komunitas setahun lalu, tepatnya 11 Januari 2012, kegiatan hunting foto bersama sering dilakukan. Setidaknya ada sekitar 20 orang yang selalu aktif ikut berburu foto, baik foto-foto landscape keindahan Kulonprogo hingga berbagai event seni budaya yang ada.

Selain hunting foto, setiap bulan juga ada pertemuan santai saling sharing pengetahuan fotografi. Agar komunikasi lebih mudah, kemudian dibentuk pula grup komunitas di jejaring sosial Facebook dengan nama yang sama “Geblek Kulon Progo”. Hingga saat ini anggotanya di Facebook sebanyak 256 orang.

“Keanggotaannya terbuka, semua bisa bergabung. Hanya tujuan awal kita memang untuk mengumpulkan orang-orang Kulonprogo yang hobi fotografi untuk berbagi ilmu fotografi, saling sharing pengetahuan,” katanya.

Menurut Gugum, sapaan akrab Cahaya Gumilang, anggota komunitas ini mayoritas anak muda baik SMA maupun mahasiswa. Namun ada juga yang sudah bekerja, bahkan ada pula anggota yang sedang berdomisili di luar negeri seperti di Amerika Serikat, Canada, Perancis, dan Australia.

Dalam memperkenalkan berbagai potensi daerah ke luar, Geblek Kulonprogo menjalin kerjasama dengan Dinas Kebudayaan Pariwisata Pemuda dan Olahraga (Disbudparpora) setempat. Keberadaan komunitas ini mendapat apresiasi positif dari Disbudparpora.

“Setiap ada event, komunitas selalu diberi tahu dan diajak mengikuti, sehingga kami bisa hunting foto di situ. Banyak juga yang kemudian mengupload foto-fotonya ke group di Facebook, sehingga menjadi sarana mengenalkan dan mempromosikan Kulonprogo,” ungkap warga Gunung Gempal, Giripeni, Wates ini.

Fotografi sebagai sarana untuk memperkenalkan daerah, menurut Gugum, sangat efektif. Melalui dunia maya, karya fotografi yang menunjukkan keindahan maupun berbagai potensi daerah bisa dengan mudah tersebar ke luar. Terlebih, dengan internet penyebaran informasi tidak lagi tersekat ruang dan waktu.

“Ke depan kami juga ingin mengadakan pameran-pameran fotografi di luar Kulonprogo, seperti di Jogja atau dimana, sehingga efektif untuk mengenalkan daerah,” pungkasnya.

Sejauh ini upaya mengenalkan daerah melalui fotografi oleh komunitas Geblek Kulonprogo cukup efektif. Menurut Aloysius Rahadian Ajisoko (Didit), dibentuknya komunitas ini salah satunya bertujuan untuk mengumpulkan orang-orang Kulonprogo yang hobi fotografi untuk mengekspose potensi-potensi daerah.

“Melalui foto-foto yang kita capture kita bisa memperkenalkan potensi-potensi daerah ke luar Kulonprogo, bahkan seluruh dunia melalui jejaring sosial. Biar diketahui bahwa di Yogyakarta juga ada Kulonprogo yang menarik,” kata Didit yang juga inisiator terbentuknya komunitas.

Setelah komunitas mengunggah foto-foto hasil jepretan beberapa event seni budaya ke internet, lanjutnya, ternyata kemudian banyak fotografer dari luar komunitas seperti dari Sleman dan Jogja yang berminat untuk datang. “Saya juga tidak mengira akan sebanyak itu, seperti saat Festival Reog dan Jathilan di Waduk Sermo serta Festival Kesenian Tradisional di Bonoharjo beberapa waktu lalu,” katanya.

Selain dari segi seni budaya, alam di Kulonprogo juga sangat menarik untuk objek-objek foto. Terlebih dengan keberadaan Pegunungan Menoreh yang masih alami dan belum banyak bangunan yang mengganggu view.

“Seperti di Samigaluh, masih virgin. Dan ternyata juga sangat-sangat menarik bagi komunitas lain. Seperti komunitas Gudang Digital dari Sleman yang juga mengaku tertarik hunting foto di Kulonprogo karena masih alami,” pungkasnya.
-cahpesisiran, utk suara merdeka-


foto: dokumentasi Geblek Kulonprogo