Sharing Pengetahuan dan Angkat Potensi Daerah
FOTO merupakan salah satu sarana untuk mengabadikan sesuatu yang ada di
sekitar sehingga terdokumentasi. Fotografi kemudian berkembang pula menjadi
sarana ekspresi seni yang banyak diminati kalangan anak muda sebagai hobi.
Bagi pecinta fotografi di Kabupaten Kulonprogo, kesamaan hobi pada
kegiatan yang menghasilkan gambar dengan sarana kamera tersebut menjadi perekat
terbentuknya komunitas. Mereka menamakan diri sebagai Geblek (Gerombolan
Bermain Lensa dan Kamera) Kulonprogo yang terbuka bagi siapa saja untuk
bergabung.
Selain sebagai sarana saling berbagi ilmu fotografi, komunitas ini juga
dibentuk untuk memperkenalkan potensi-potensi daerah. Mulai dari landscape atau
pemandagan alam, seni budaya, pariwisata, upacara-upacara adat, makanan
tradisional, kerajinan, hingga sisi human interest warga Kulonprogo.
Nama Geblek Kulonprogo sendiri diambil dari nama makanan gebleg yang
merupakan makanan tradisional khas Kulonprogo. Pemilihan nama tersebut untuk
menunjukkan ciri khas daerah asal komunitas dirintis.
“Awalnya cuma dari kesamaan kesenangan fotografi. Saya dan mas Didit
(Aloysius Rahadian Ajisoko) ketemu di angkirngan ngobrol-ngobrol, kemudian
muncul ide membentuk komunitas dengan mengajak teman-teman yang suka
fotografi,” ungkap Ketua Geblek Kulonprogo, Cahaya Putra Gumilang kepada Suara
Merdeka, Rabu (9/1).
Sejak terbentuknya komunitas setahun lalu, tepatnya 11 Januari 2012,
kegiatan hunting foto bersama sering dilakukan. Setidaknya ada sekitar 20 orang
yang selalu aktif ikut berburu foto, baik foto-foto landscape keindahan
Kulonprogo hingga berbagai event seni budaya yang ada.
Selain hunting foto, setiap bulan juga ada pertemuan santai saling
sharing pengetahuan fotografi. Agar komunikasi lebih mudah, kemudian dibentuk pula
grup komunitas di jejaring sosial Facebook dengan nama yang sama “Geblek Kulon
Progo”. Hingga saat ini anggotanya di Facebook sebanyak 256 orang.
“Keanggotaannya terbuka, semua bisa bergabung. Hanya tujuan awal kita
memang untuk mengumpulkan orang-orang Kulonprogo yang hobi fotografi untuk
berbagi ilmu fotografi, saling sharing pengetahuan,” katanya.
Menurut Gugum, sapaan akrab Cahaya Gumilang, anggota komunitas ini
mayoritas anak muda baik SMA maupun mahasiswa. Namun ada juga yang sudah
bekerja, bahkan ada pula anggota yang sedang berdomisili di luar negeri seperti
di Amerika Serikat, Canada, Perancis, dan Australia.
Dalam memperkenalkan berbagai potensi daerah ke luar, Geblek Kulonprogo
menjalin kerjasama dengan Dinas Kebudayaan Pariwisata Pemuda dan Olahraga
(Disbudparpora) setempat. Keberadaan komunitas ini mendapat apresiasi positif
dari Disbudparpora.
“Setiap ada event, komunitas selalu diberi tahu dan diajak mengikuti,
sehingga kami bisa hunting foto di situ. Banyak juga yang kemudian mengupload
foto-fotonya ke group di Facebook, sehingga menjadi sarana mengenalkan dan
mempromosikan Kulonprogo,” ungkap warga Gunung Gempal, Giripeni, Wates ini.
Fotografi sebagai sarana untuk memperkenalkan daerah, menurut Gugum,
sangat efektif. Melalui dunia maya, karya fotografi yang menunjukkan keindahan
maupun berbagai potensi daerah bisa dengan mudah tersebar ke luar. Terlebih,
dengan internet penyebaran informasi tidak lagi tersekat ruang dan waktu.
“Ke depan kami juga ingin mengadakan pameran-pameran fotografi di luar
Kulonprogo, seperti di Jogja atau dimana, sehingga efektif untuk mengenalkan
daerah,” pungkasnya.
Sejauh ini upaya mengenalkan daerah melalui fotografi oleh komunitas
Geblek Kulonprogo cukup efektif. Menurut Aloysius Rahadian Ajisoko (Didit),
dibentuknya komunitas ini salah satunya bertujuan untuk mengumpulkan
orang-orang Kulonprogo yang hobi fotografi untuk mengekspose potensi-potensi
daerah.
“Melalui foto-foto yang kita capture kita bisa memperkenalkan potensi-potensi
daerah ke luar Kulonprogo, bahkan seluruh dunia melalui jejaring sosial. Biar
diketahui bahwa di Yogyakarta juga ada Kulonprogo yang menarik,” kata Didit
yang juga inisiator terbentuknya komunitas.
Setelah komunitas mengunggah foto-foto hasil jepretan beberapa event
seni budaya ke internet, lanjutnya, ternyata kemudian banyak fotografer dari
luar komunitas seperti dari Sleman dan Jogja yang berminat untuk datang. “Saya
juga tidak mengira akan sebanyak itu, seperti saat Festival Reog dan Jathilan
di Waduk Sermo serta Festival Kesenian Tradisional di Bonoharjo beberapa waktu
lalu,” katanya.
Selain dari segi seni budaya, alam di Kulonprogo juga sangat menarik
untuk objek-objek foto. Terlebih dengan keberadaan Pegunungan Menoreh yang
masih alami dan belum banyak bangunan yang mengganggu view.
“Seperti
di Samigaluh, masih virgin. Dan ternyata juga sangat-sangat menarik bagi
komunitas lain. Seperti komunitas Gudang Digital dari Sleman yang juga mengaku
tertarik hunting foto di Kulonprogo karena masih alami,” pungkasnya.
-cahpesisiran, utk suara merdeka-
foto: dokumentasi Geblek Kulonprogo