
Suatu hari, kuarahkan laju motorku ke kampung yang bisa dibilang sudah menjadi ‘ikon’ tersebut. Deretan toko dengan papan nama Bakpia Pathuk langsung terlihat, begitu memasuki jalan KS Tubun di Patuk, Ngampilan, Kota Yogyakarta. Kampung Pathuk memang dikenal sebagai sentra makanan oleh-oleh khas
Selain di Kampung Pathuk, usaha Bakpia Patuk juga banyak ditekuni warga masyarakat di tiga kampung lain di Kelurahan Ngampilan, yaitu Kampung Ngampilan, Purwodiningratan, dan Ngadiwinatan. Langkahku pun terarah pula ke Kantor Kelurahan Ngampilan. Tercatat, di kelurahan tersebut terdapat 58 unit usaha Bakpia Patuk berskala besar, sedangkan yang berskala menengah dan kecil tercatat sebanyak 78 unit usaha. “Jumlahnya berubah-ubah, terutama untuk yang skala kecil atau industri rumah tangga. Jumlah akan bertambah pada waktu-waktu rame pembeli seperti pada masa liburan dan lebaran,” ungkap Sugiyanto, Sekretaris Kelurahan Ngampilan, Kota Yogyakarta sembari membolah-balik lembaran daftar pelaku usaha bakpia.
Berbicara mengenai asal usul bakpia, jenis makanan tersebut sebenarnya berasal dari Cina, dari kata pia yang artinya kue. Kue-kue dari cina banyak yang memakai nama pia. “Bakpia
Sementara untuk nama “Pathuk” yang melekat pada bakpia menjadi bakpia pathuk, menurut Handoko, sebenarnya adalah nama gedung bioskop yang saat ini menjadi Pasar Pathuk Gondomanan, jalan Bhayangkara Yogyakarta. “Sebenarnya patuk itu
Mengenai proses pembuatan bakpia memakan waktu sekitar 3 sampai 4 jam. Proses pembuatannya, terigu dibuat adonan dengan memakai minyak goreng, yang akan dijadikan kulit. Sedangkan untuk isinya dari sari kacang hijau. Kacang hijau direndam semalam, setelah itu baru diolah manjadi isi. Untuk proses pematangannya dioven selama sekitar seperempat jam. “Dioven dengan gas. Kalau dulu memakai arang, tapi sekarang untuk mendapatkan arang sudah sulit,” ungkap Handoko setengah menerawang membayangkan bagimana dulu kakeknya menjalankan usaha yang kini diteruskannya.
Begitulah. Bakpia Pathuk telah menjadi makanan oleh-oleh khas Jogja. Menjadi usaha turun-temurun hingga kini di kampung Pathuk.
-pesisir kidul ketika melangkah-