Wednesday, August 27, 2008

Desa Wisata Ketingan

Bulan ramadhan akan segera tiba dalam hitungan hari. Di bulan ini, orang biasa mencari kegiatan sekedar mengisi waktu menunggu saat berbuka di sore hari, ataupun di pagi hari usai subuh. Bingung mau kemana? Mungkin Dusun Ketingan bisa menjadi alternatif tempat ngabuburit bagi anda. Di sini anda bisa mengamati kawanan burung kuntul dan blekok yang kembali ke sarang pada sore hari dan beranjak pada pagi harinya.

Kawanan Kuntul Sore Datang, Pagi Pergi

DUSUN seluas 25 hektar yang terletak di Tirtoadi, Mlati, Sleman Yogyakarta ini memang telah ditetapkan sebagai desa wisata karena keunikannya sebagai “sarang” kawanan kuntul dan blekok dalam jumlah besar.

Keberadaan burung-burung kuntul di Ketingan sebenarnya telah lama. “Tapi dulu sebelum ada upaya pelestarian, kuntul-kuntul kadang pergi dan beberapa waktu kemudian baru datang lagi. Kalau sekarang selalu ada,” kata Wari salah seorang warga Ketingan disela kegiatannya membersihkan pekarangan.

Setiap sore burung-burung tersebut datang secara berkelompok sekitar pukul lima. Kelompok-kelompok kuntul akan bertengger dan bersarang di pepohonan yang memang masih banyak terdapat di dusun itu. Ketika pagi tiba, mereka terbang meninggalkan dusun menuju ke persawahan yang banyak airnya.

Sehingga, waktu yang baik bila ingin menyaksikan burung-burung kuntul di Ketingan adalah pada sore hari ketika kawanan kuntul kembali, atau pada pagi hari -sebelum jam 06.00- sebelum mereka terbang meninggalkan dusun. Sebab, pada siang hari meski masih ada beberapa kuntul yang terlihat bertengger di pucuk-pucuk pepohonan, namun jumlahnya hanya beberapa puluh ekor saja. “Kalau siang mereka kepanasan sehingga pergi ke daerah yang banyak air. Apalagi musim kemarau begini. Biasanya akan lebih banyak kalau musim penghujan,” kata Pariem warga yang lain.

Keberadaan kuntul dan status Ketingan sebagai desa wisata ternyata memberi manfaat ekonomis bagi warga. Manfaat tersebut paling tidak dirasakan oleh warga yang rumahnya digunakan sebagai tempat menginap wisatawan. “Kadang wisatawan yang datang ke sini menginap sampai dua atau tiga hari,” kata Wari. Hal itu dibenarkan juga oleh Mardiharto yang mengaku turut merintis home stay bagi wisatawan. Selama ini wisatawan yang datang kebanyakan pelajar, baik dari Yogyakarta sendiri maupun dari luar daerah seperti Jakarta dan Surabaya.

Meski begitu, warga yang pernah mendirikan gardu pandang dari bambu di belakang rumahnya untuk wisatawan tersebut sedikit mengeluhkan keberadaan kuntul pada saat musim penghujan. “Di musim penghujan banyak yang bertelur. Kotoran dan bangkai sisa makanannya menimbulkan bau. Juga banyak bulu-bulu kecil dari anak kuntul yang terlepas. Itu mungkin kurang baik untuk kesehatan pernafasan,” kata ayah dua anak tersebut.

Namun ada pula pandangan berbeda. Keberadaan burung kuntul tidak mengganggu bagi warga karena tidak menimbulkan kerugian apa-apa. “Justru kotoran burung-burung itu bisa menyuburkan tanah,” ungkap Wari. Dari penelitian yang pernah dilakukan oleh Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA), keberadaan burung-burung tersebut memang tidak berbahaya. “Aman, dan sampai kini tidak ada yang terkena penyakit,” kata Supartinah, kepala dusun Ketingan.

Selain melihat kuntul, di dusun ini wisatawan dapat pula melihat kesenian jathilan (kuda lumping) dan gejog lesung, atau bahkan mengikuti kegiatan sehari-hari warga seperti membajak sawah dan menanam padi. -cahpesisiran-

14 comments:

  1. pertama (lagikah?)

    tuan rumah nih kayaknya sedang berbunga bunga nih. soalnya jika diperhatikan,kok akhir akhir ini postingannya tentang burung melulu ya? habis burung gagak,trus burung kuntul,dan postingan berikutnya,burung apa yach?*he..he..*

    ReplyDelete
  2. yup. pertama maning.
    lhoh postingan tentang burung melulu, kok dibilang berbunga-bunga?
    berburung-burung kalee? kwkwkkwkwk...

    ReplyDelete
  3. namanya burung kuntul... baunya amis... bulunya amis... apanya yang amis lagi ya?... salam kenal maz... dari cah gunung..

    ReplyDelete
  4. asal bukan amis yu aja om.. itu i miss you ding ya.

    ReplyDelete
  5. duh.........gw bulan madu kesana enak gak yah... tp lo ada disna g bro...? klo ada lo jadi guide gw yah hehehehe

    ReplyDelete
  6. saya org jogja tp taunya cuma malioboro, parangtritis, en kaliurang.. ternyata banyak tempat2 yg asyik ya slain 3 tempat td..

    ReplyDelete
  7. kk ku kemarin juga mau poto burung baru aku intip dach ketahuankabur deach hikhik :(

    daerah bantuL..masih naturaL ya kk..acik ^_^

    ReplyDelete
  8. woooww... banyak sekali kuntulnya, di tempatku sini hanya terlihat 2 - 7 kuntul tiap aku pit2 an yang banyak itu burung gagak, ribuan dah

    ReplyDelete
  9. ntu pernah liat di tv acy, kapan yaw bisa kesana ngeliat ntu burung :)

    ReplyDelete
  10. hmm
    udah lama gak ngeliat kuntul di kampung,jd kepingin :)

    ReplyDelete
  11. reply
    @ rofi: mo ku pandu berwisata ke sana? boleh.. dengan senang hati, asal cocok itung2annya aja *lhoh* he2 bcanda..

    @ dee: iya, banyak ternyata. kbtulan aku lg suka jalan2 nie exploring keliling2 seputaran jogja.

    @ gelly: duh.. dek gelly blm beruntung rupanya.. ayo coba lagi.. kamu pasti bisa.. *dengan gaya peserta takeshi castle*

    @ elys welt: benerkah banyak gagak sampai ribuan?? dimana tuh? jd pengen liat aku..

    @ acy: klo pas bingung ngabuburit mo ngapain, ke sana aja nonton kuntul.
    btw, tu kampung adl lokasi syuting acara mbangun desa (den baguse ngarso) itu lho.

    @ Ryan: segera reservasi tiketnya, kapasitas terbatas.. *halah*

    ReplyDelete
  12. hehe, saya malah ndak tau tuh bentuknya burung itu...jadi penasaran

    ReplyDelete
  13. Mas angga boong dl ktnya g' ad wisata yg asyik di sleman..:(tu kok ad.
    he....asyik jg ya klo ngabuburit disana.sayang jauh dr tmpatku..:)

    ReplyDelete
  14. reply
    @ cerita senja: lhah itu ku posting fotonya.. *terlalu kecil ya.. :D*
    @ mutiar: dulu aku lupa kalau ada objek wisata itu je.. ya maap deh.

    ReplyDelete