Selayak dewa dewi berdiri gagah dan anggun
puncak-puncakmu senantiasa menyapa awan
kaki-kakimu membentang luas
memberi penghidupan bagi para petani
tembakau cengkeh palawija sayuran buah-buahan
…
kembali
terpukau kumenatapmu
menjadi rangkaian kata salon
yang hanya berucap tentang keindahanmu
kau bukanlah sekedar
tapi kau adalah nyata keindahan
kembali membelai batuan terjalmu
di malam berbintang dan pagi berkabut
bersama indah sunyi kawahmu
suatu saat nanti
hidup jadi petualang selalu berjanji untuk datang.... kalo nggak datang...entar dicariin lho ama yang mbau rekso....
ReplyDeleterangkaian kata salon? he..he.. katanya itu kata.. gunting...kata silet.. kata apalagi ya? he..he.. bisa maen puisi juga bro.. hebat
ReplyDeleteMari jaga kerinduan untuk kembali itu...
ReplyDeleteaku rindu gunung..
ReplyDeleteketika matahari mencium pucukpucuk pinus
hmm..maaf nie kang..ndak mudeng..hehehe..secara saya memang sulit untuk memahami arti puisi..
ReplyDeletemo ngucapin sukses aja kang :)
reply
ReplyDelete@ naza: walah kok menakutkan
@ mesenchipz: kurang sisir tuh. hehe. bukan maen puisi bro, tp maen kata salon. :D
@ wendra wijaya: siyap!!!
@ cerita senja: "ketika matahari mencium pucukpucuk pinus" <---- wuih indah sekali momen itu ya
@ blogger addicter: walah kok ndak mudeng toh.. harus mudeng!! hehe
enak bener yah mas, bisa jalan kesono dan kemari...
ReplyDeletehahahah... aku kangen suasana alam >,<....
haha, ini istilah bahasa jawanya "wang sinawang"
ReplyDeletemaksudnya kurang lebih, aku melihat apa yg kamu kerjakan sepertinya menyenangkan. begitu juga sebaliknya kamu melihat apa yang aku kerjakan menyenangkan.
Berdiri ku disini disanding puncak para dewa dewi
ReplyDeleteMenghadirkan pesona alam memukau
Tak mudah tuk mencapai puncak itu
Banyaknya godaan yang merintangi
Membuat kita semakin kuat untuk meraihnya
Saat kita merasakan keindahan Sindoro Sumbing
Betapa kita harus mengucap syukur
Karna semua itulah yang membuat kita kuat
cieee....kata-katanya mendalam banget bo!
ReplyDeletereply
ReplyDelete@ ipanks: wuih komennya lebih indah dari postinganku..
@ ivana: mendalam dan mendarah daging! *halah apaan*
wuih.... romantisss :)
ReplyDeletewah nich puisi cocok banget buat pak tani nich, mantap :)
ReplyDeleteklo pak tani dkk baca pasti seneng
ReplyDeleteaku lagi ra reti boso puisi kang. tapi kalo bahasa polusi aku tahu kang. seperti kabut, silaunya membutakan mata.
ReplyDeleteHi and thanks for visiting Rabaul.
ReplyDeletereply
ReplyDelete@ panda: hehe boleh dong, romantis dg alam
@ acy: cocok bwt babeku dunk! ha2
@ bagus al haqq: tp pak taninya bisa baca gak ya.. *walah menyepelekan*
@ kristina dian: polusi? betul juga tuh mbak yu, gunung juga dah terpolusi. tp untunglah masih indah (paling tidak di mataku). semoga kita tidak membuat polusi semakin parah hingga merusakkan alam dan gunung yg indah.
@ jules: hi, you're welcome..! :)