INVESTASI nilam tidak sedikit biayanya. “Tetapi bila berjalan, banyak masyarakat yang tertolong karena padat karya,” kata Lesto. Bagaimana dengan perhitungan modal?
“Kalau mau memulai usaha nilam secara terintegrasi, diperhitungkan dari alatnya dulu. Direncanakan mau memproduksi berapa banyak minyak nilam per minggu. Setting alatnya. Dari situ kemudian diseting luasan lahan tanaman nilam yang dibutuhkan. Untuk 1 kg bahan kering harus dikalikan empat,” papar Lesto.
Contoh. Untuk kapasitas alat 200 kg dengan dua kali penyulingan sehari, paling tidak membutuhkan lahan 16 hektare. Dan bisa ditambahkan lagi peralatan sampai kapasitas 800 kg, sehingga sehari dapat menyuling 1.600 kg. “Dengan kapasitas 200 kg, minimal dibutuhkan 12 hektare lahan. Kelipatan berikutnya sama. Return dari investasi lahan dan peralatan tidak sampai dua tahun sudah kembali, walaupun harga naik turun,” paparnya.
Untuk sehektare lahan paling tidak biaya investasinya Rp 35-40 juta. Kalau sehektare ditanami 25 ribu bibit, dan rata-rata produksi--dengan penanaman yang baik-- 1 kg dari 1 pohon, maka akan menghasilkan 25 ton. Harga 1 kg tanaman nilam Rp 1.000 atau berarti Rp 25 juta. Biaya lahan dan bibit kurang lebih Rp 40 juta. Berarti dua kali panen, sudah kembali modal.
Tapi untuk biaya perawatan dan sebagainya dihitung tiga kali panen atau setahun baru kembali modal. Pada tahun berikutnya sudah murni pendapatan. “Jadi setahun BEP, tapi secara linear kita anggap saja dua tahun BEP,” jelasnya. Demikian juga untuk alat, dengan tiga kali panen atau satu tahun sudah tertutup. Dengan demikian, pada lahan 16 hektare dibutuhkan biaya Rp 30 juta x 16 = Rp 480 juta. Ini anggaran untuk lahannya saja.
Untuk kebutuhan alat, 1 boiler Rp 90 jutaan. Autoklep Rp 60-70 juta. Kalau punya dua autoklep atau alat penyulingan berarti Rp 120 juta + Rp 90 juta = Rp 210 juta. Ditambah instalasi dan lain-lainnya sekitar Rp 40 juta, total Rp 250 juta. Kemudian plus anggaran lahan Rp 480 juta = Rp 700 juta. “Total anggaran tersebut tahun kedua sudah kembali. Tanaman nilam dapat hidup sampai umur tiga tahun. Tahun kedua hingga ketiga murni keuntungan,” ujar Lesto. Menggiurkan bukan? –cahpesisiran, telah diedit utk majalah saudagar-
Baca juga: Menguak Harum Bisnis Atsiri Nilam
“Kalau mau memulai usaha nilam secara terintegrasi, diperhitungkan dari alatnya dulu. Direncanakan mau memproduksi berapa banyak minyak nilam per minggu. Setting alatnya. Dari situ kemudian diseting luasan lahan tanaman nilam yang dibutuhkan. Untuk 1 kg bahan kering harus dikalikan empat,” papar Lesto.
Contoh. Untuk kapasitas alat 200 kg dengan dua kali penyulingan sehari, paling tidak membutuhkan lahan 16 hektare. Dan bisa ditambahkan lagi peralatan sampai kapasitas 800 kg, sehingga sehari dapat menyuling 1.600 kg. “Dengan kapasitas 200 kg, minimal dibutuhkan 12 hektare lahan. Kelipatan berikutnya sama. Return dari investasi lahan dan peralatan tidak sampai dua tahun sudah kembali, walaupun harga naik turun,” paparnya.
Untuk sehektare lahan paling tidak biaya investasinya Rp 35-40 juta. Kalau sehektare ditanami 25 ribu bibit, dan rata-rata produksi--dengan penanaman yang baik-- 1 kg dari 1 pohon, maka akan menghasilkan 25 ton. Harga 1 kg tanaman nilam Rp 1.000 atau berarti Rp 25 juta. Biaya lahan dan bibit kurang lebih Rp 40 juta. Berarti dua kali panen, sudah kembali modal.
Tapi untuk biaya perawatan dan sebagainya dihitung tiga kali panen atau setahun baru kembali modal. Pada tahun berikutnya sudah murni pendapatan. “Jadi setahun BEP, tapi secara linear kita anggap saja dua tahun BEP,” jelasnya. Demikian juga untuk alat, dengan tiga kali panen atau satu tahun sudah tertutup. Dengan demikian, pada lahan 16 hektare dibutuhkan biaya Rp 30 juta x 16 = Rp 480 juta. Ini anggaran untuk lahannya saja.
Untuk kebutuhan alat, 1 boiler Rp 90 jutaan. Autoklep Rp 60-70 juta. Kalau punya dua autoklep atau alat penyulingan berarti Rp 120 juta + Rp 90 juta = Rp 210 juta. Ditambah instalasi dan lain-lainnya sekitar Rp 40 juta, total Rp 250 juta. Kemudian plus anggaran lahan Rp 480 juta = Rp 700 juta. “Total anggaran tersebut tahun kedua sudah kembali. Tanaman nilam dapat hidup sampai umur tiga tahun. Tahun kedua hingga ketiga murni keuntungan,” ujar Lesto. Menggiurkan bukan? –cahpesisiran, telah diedit utk majalah saudagar-
Baca juga: Menguak Harum Bisnis Atsiri Nilam
wuihhh tapi modalnya itu lho om yg juga menggiurkan
ReplyDeleteweh, tak pikir tadi ikan nila...
ReplyDeleteckckckc,
modalnya nendang kantong itu >,<
reply
ReplyDelete> ipanks: haha iya..
> krucial: bukan.. tapi nilam, si ce cantik tetanggamu itu lho. wakwakwak..
iya, modalnya guede..
saya punya lahan sekitar 1,5 ha. bisa kerja sama untuk pembudidayaan nilam ?
ReplyDeleteom,,,kirimin info ttg nilam ke meuthea_palapa@yahoo.co.id
ReplyDeleteabiz tempatku jauh banget dikaltim,kab.berau
aku mau usaha ini om d'tempt sy,,,,,
aku mohon bantuan info dr om ya
makasih banyak om atas info yg barusan sy baca