Monday, October 06, 2008

kertas kumal dan untaian kata

Untaian kata-kata yang kusalin dalam selambar kertas beberapa tahun lalu kembali menarik hatiku untuk merasapinya lagi. Tak sengaja kutemukan selembar kertas kumal itu beberapa waktu lalu saat membongkar buku-buku dan arsip-arsipku yang sudah cukup lama tak kupedulikan. Entahlah, aku menyukai sekali rangkaian kata-kata itu. Seolah bukan sekedar kata-kata yang dirangkaikan satu dengan yang lain, tapi lebih dari itu. Ada jiwa yang berucap di sana.

...

Tuhan telah menciptakan pada kalian jiwa bersayap untuk terbang mengarungi cakrawala cinta dan kebebasan.
Betapa sedihnya memotong sayap itu dengan tanganmu sendiri dan menyiksa jiwamu seperti kutu yang merayap di atas bumi.

~

Yang penting bagi manusia bukan hasil yang ia dapatkan, tapi apa yang ia inginkan.

~

Ketika kamu menyanyikan keindahan, meskipun di tengah gurun akan ada yang mendengarkan.

~

Keindahan adalah apa yang menarik jiwa,
Kepadanya cinta diberikan dan bukan diminta.

~

Jangan kau kira cinta datang dari keakraban yang lama dan pendekatan yang tekun.
Cinta adalah anak kecocokan jiwa dan jika itu tidak pernah ada, cinta tidak akan pernah tercipta dalam hitungan tahun bahkan milenia.

~

Hakekat sifat kita adalah diam, berbicara hanyalah sekedar tambahan.

~

Kebenaran diri seseorang bukan pada apa yang ia nampakkan, tapi pada apa yang tidak dapat ia ungkapkan.
Oleh karena itu, bila engkau ingin mengerti dirinya dengarkanlah bukan apa yang ia katakan, tapi apa yang tidak ia ucapkan.

~

Alangkah jauhnya aku dari orang-orang ketika aku bersamanya, dan alangkah dekatnya ketika mereka jauh.
Mempercayai adalah satu hal, melakukan adalah hal lain. Banyak orang berbicara seperti laut tetapi kehidupan mereka bagaikan rawa-rawa yang diam. Yang lain-lainnya menaikkan kepala mereka mengatasi puncak gunung, sementara jiwa-jiwa mereka menggelantungi dinding-dinding gua yang gelap.

~

Penindasan tidak membuat manusia adil menjadi menderita, juga penindasan tidak menghancurkan manusia bilamana dia berada pada sisi kebenaran.
Socrates tersenyum ketika dia meminum racun, dan Stephen tersenyum ketika dia dirajam. Yang sungguh menyakitkan adalah nurani kita yang pedih ketika kita membantahnya, dan mati ketika kita mengkhianatinya.

~

Jiwa Barat adalah teman kita bila kita menerima dia, tetapi musuh kita bila kita dimabukkannya; teman kita jika kita membuka hati kepadanya, musuh kita ketika kita menyerahkan kepadanya hati-hati kita; teman kita bila kita mengambil dari apa-apa yang menyenangkan kita, musuh kita bila kita biarkan diri kita dipakai untuk menyenangkan dia.

(Kahlil Gibran)

9 comments:

  1. "...untuk terbang mengarungi cakrawala cinta dan kebebasan..."

    tapi kenapa ya aku belum dapat merasakan kebebasan..
    aku masih terkekang oleh perasaan sendiri...
    aku bingung sebenarnya apa yg kunikmati dari dunia ini..

    kadang kenikmatannya kadang pula kebangsatannya

    ReplyDelete
  2. Cinta adalah cinta, bukan yang lainnya.

    Bagaimanapun bentuknya..

    ReplyDelete
  3. kapan ya terakhir kali aku merasa bebas..

    kebebasan yang sesungguhnya hanya ada dalam pikiran masing masing..

    ReplyDelete
  4. "Yang penting bagi manusia bukan hasil yang ia dapatkan, tapi apa yang ia inginkan."

    kalo mendapatkan sesuatu yg ndak sesuai yg diinginkan ?

    syukuri saja apa yg kita dapatkan
    *baru belajar poin diatas

    ReplyDelete
  5. gw cuma mo bilang

    TAQABBALALLAHU MINNA WA MINKUM TAQABBAL YA KARIM. MINAL AIDIN WAL FAIZIN. MOHON MAAF LAHIR DAN BATIN YAAAA.... MULAI DARI NOL YA... HE..HE...

    ReplyDelete
  6. wah, saya pikir karya si mas pesisiran..hehehe...kata-katanya dalem banget,bro!!

    ReplyDelete
  7. bebas yang yg terkendali... oya blm ngucapin selamat hari raya idul fitri mohon maaf lahir batin

    ReplyDelete
  8. lalu apa yang harus aku lakukan,jika mengekang perasaan saja tak bisa. menyerah?mungkin!

    ReplyDelete
  9. reply
    @ aan: kok malah bingung sih..??
    @ wendra : tp kalau bentuknya kotak bukan bentuk hati, namanya cinta bukan? whekekek..
    @ cerita senja: setuju saya
    @ ryan: setuju juga. harus selalu bisa bersyukur. toh mensyukuri yang didapat, meski tidak sesuai keiginan, bukan berarti pesimistis.
    @ mesenchipz: sama-sama.. maaf lahir dan batin juga. saling memaafkan bro.
    @ ivana: bukan, nyomot karyanya om gibran kok.. :p
    @ lyla: sama-sama. mohon maaf lahir batin juga..
    @ kristina dian: tp kenapa perasaan harus dikekang..

    ReplyDelete